Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT

Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, tempat di mana karakter mereka mulai terbentuk sejak dini. Sejak lahir, anak belajar dengan mengamati perilaku orang tuanya—bagaimana mereka berbicara, bertindak, dan mengambil keputusan. Tanpa disadari, kebiasaan orang tua akan menjadi contoh utama yang direkam dan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, peran orang tua sangat krusial dalam membentuk nilai-nilai moral dan kebiasaan baik yang akan terus dibawa anak hingga dewasa. Penerapan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat di rumah dapat dimulai dari hal sederhana, seperti membiasakan anak bangun tepat waktu, berdoa sebelum makan, membaca buku sebelum tidur, dan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga

Seorang anak sedang mewarnai dengan didampingi kedua orang tuanya

Dalam rangka memperkuat pembentukan karakter anak, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah meluncurkan program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yang ditujukan bagi anak-anak di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK/PAUD hingga SLTA. Program ini dirancang sebagai pendekatan pendidikan karakter yang dapat diterapkan di sekolah untuk membentuk pribadi yang unggul. Namun, keberhasilannya tidak hanya bergantung pada sekolah, tetapi juga memerlukan peran aktif orang tua dalam membiasakan anak-anak menjalankan kebiasaan positif di rumah. Kolaborasi yang erat antara sekolah dan keluarga menjadi kunci utama dalam membentuk generasi muda yang berkarakter kuat.

Bagaimana peran orang tua dalam menerapkan 7 kebiasaan anak Indonesia Hebat di rumah ?

Dalam konsep 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, peran orang tua sangat penting dalam membentuk karakter dan kebiasaan positif pada anak. Berikut adalah bagaimana orang tua dapat berperan dalam setiap kebiasaan tersebut:

1.       Bertanggungjawab atas diri sendiri

Mengajarkan anak untuk mengakui kesalahan, dan memperbaikinya.

Ajarkan kepada anak bahwa sebelum mencari alasan dan menyalahkan orang lain. Akui kesalahan dan lihat sebagai peluang untuk belajar.  Belajar dari kesalahan yaitu mengambil pelajaran dari  kegagalan atau kesalahan-kesalahan yang telah terjadi agar tidak mengulanginya kembali. Belajar dari  kesalahan dapat meningkatkan pemahaman dan kematangan, selain dari itu belajar dari kesalahan dapat memberikan pengalaman secara langsung untuk dapat lebih memahami mana yang benar dan mana yang harus diperbaiki.

 

Menjadi teladan dalam bertanggungjawab atas keputusan dan konsekuensi yang dihadapi.  

Sebagai orang tua harus mampu memberikan keyakinan pada dirinya sendiri bahwa dirinya mampu untuk bertanggungjawab atas kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dengan anak dan berani mengambil konsekuensinya dari apa yang telah menjadi kesepakatan. Jangan merasa malu untuk meminta maaf terhadap anak dan berani mengambil konsekuensinya jika orang tua merasa tidak menepati apa yang menjadi kesepakatan. Hal ini merupakan salah satu bentuk contoh sederhana dari keteladanan  bertanggung jawab.

 

Mengajarkan kepada anak untuk menyelesaikan PR sekolah, membereskan tempat tidurnya, atau sekedarkan membereskan bekas bermainnya tanpa disuruh. Hal ini jika diterapkan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan positif hingga anak-anak menjadi manusia dewasa kelak.

2.       Memprioritaskan apa yang menjadi prioritas

Mengajarkan kepada anak apa yang musti didulukan atau diprioritaskan, seperti lebih mengutamakan belajar dari pada bermain, melaksanakan tugas dari sekolah atau PR yang diberikan bapak/ibu guru daripada menghabiskan waktu di depan gadjet bermain game. Hal ini secara tidak langsung telah mengajarkan anak memanage waktu dan prioritas.

Anak diberikan pemahaman bagaimana memanfaatkan waktu seefektif mungkin, bagaimana anak bisa membagi waktu antara waktu beribadah, belajar dan bermain seefektif mungkin.

Ajarkan kepada anak tentang pentingnya disiplin waktu dan konsistensi dalam meraih mimpinya.

3.       Berusaha mengerti dan memahami

Mendengarkan anak penuh perhatian tanpa mengahikimi

Saat anak ingin bercerita atau meminta waktu kepada orang tuanya sekedar untuk mengungkapkan apa yang telah dialaminya di sekolah atau cerita-cerita kecil dan sederhana yang dialami dengan teman-temannya saat bermain,  terkadang mendapatkan penolakan  disebabkan karena kesibukan orang tuanya. Bukan hanya sekedar waktu yang tidak sempat, bahkan terkadang mendengarkan menjadi hal yang sulit dilakukan ketimbang berbicara, hal ini dikarenakan juga berkaitan dengan kesabaran orang tua untuk memberikan ruang bagi anak dan berusaha memahami cerita-cerita randomnya. Hal itu berdampak pada godaan untuk merespon dengan cepat apa yang menjadi curahan hati anak tanpa anak diberikan kesempatan untuk menyelesaikan terlebih dulu ceritanya atau curhatannya.

Sehingga apa yang menjadi tujuan anak bercerita tidak tersampaikan secara utuh oleh anak.

4.       Bersinergi, yaitu mengajarkan kepada anak untuk dapat bekerjasama dengan teman di sekolah atau di lingkungan masyarakat,memberikan contoh bagaimana di rumah dapat menyelesaikan pekerjaan  rumah tangga dengan bekerja sama Bersama anggota keluarga yang lainnya.  Menghargai perbedaan pendapat dan menemukan solusi terbaik Bersama.

 

Dengan keterlibatan aktif orang tua dalam menerapkan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan positif anak sejak dini. Dengan memberikan teladan, bimbingan, dan lingkungan yang mendukung, anak akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Dengan dukungan yang konsisten, anak tidak hanya tumbuh menjadi individu yang sukses, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat.

Posting Komentar untuk "PERAN ORANG TUA DALAM MENERAPKAN 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT"