Pengaruh Teknologi Digital terhadap Perkembangan Berpikir Siswa
Di rumah, anak-anak duduk terpaku di depan layar. Jari mereka lincah menggulir layar ponsel, mata fokus pada video atau game, seolah dunia nyata tidak lagi menarik. Mereka lupa makan, lupa beribadah, dan bahkan tidur pun menjadi sangat larut. Ketika orang tua mengingatkan, responsnya sering hanya anggukan singkat atau jawaban "nanti" yang tak kunjung ditepati.
Di sekolah, kondisinya tidak jauh berbeda. Begitu ada soal yang sulit, hampir semua siswa langsung membuka Google tanpa mencoba berpikir sendiri. Meski penggunaan ponsel dilarang, beberapa siswa tetap mencari celah untuk diam-diam mencarinya di internet. Mereka berpikir bisa lolos dari pengawasan guru, tetapi jawaban yang diberikan sering kali menjadi petunjuk. Jawaban mereka terlalu sempurna, menggunakan istilah yang tidak biasa, atau bahkan langsung menyalin dari sumber internet.
Menariknya, fenomena ini tidak hanya terjadi pada siswa. Guru juga menggunakan internet untuk mencari soal, materi ajar, dan bahkan kunci jawaban. Dengan banyaknya tuntutan administrasi, banyak guru memilih jalan pintas—mengambil soal dari sumber online tanpa mengubahnya. Akibatnya, siswa semakin mudah menemukan jawaban di Google karena soal yang diberikan guru pun sudah tersedia di internet.
Teknologi yang seharusnya menjadi alat bantu, kini justru menggantikan proses berpikir. Jika ini terus dibiarkan, bagaimana masa depan pendidikan kita?
Dampak bagi perkembangan siswa
Dampaknya bila hal ini terus terjadi bagi siswa:
- Kehilangan Kemampuan Berpikir Kritis → Siswa tidak lagi terbiasa menganalisis, memecahkan masalah, atau mencari solusi sendiri.
- Tidak Mandiri dalam Belajar → Jika tidak ada internet, mereka bingung harus berbuat apa.
- Kreativitas Menurun → Alih-alih berpikir sendiri, mereka hanya menyalin jawaban yang sudah ada.
- Belajar Sekadar Formalitas → Pendidikan tidak lagi tentang memahami, tetapi hanya mencari hasil akhir.
- Ketergantungan Berbahaya → Tanpa internet, mereka merasa tidak bisa mengerjakan tugas apa pun.
Mengendalikan Teknologi, Bukan Dikuasai Teknologi
Agar teknologi tetap menjadi alat bantu, bukan pengganti pemikiran, kita bisa melakukan beberapa hal:
- Melatih Berpikir Kritis → Biasakan siswa untuk berpikir dan berdiskusi sebelum mencari jawaban di internet.
- Mengubah Pola Pemberian Soal → Guru bisa membuat soal berbasis analisis dan pemecahan masalah, bukan sekadar soal yang jawabannya bisa dicari di Google.
- Mendorong Siswa Menggunakan Internet dengan Bijak → Ajarkan mereka cara mencari informasi yang valid dan mengolahnya sendiri.
- Membangun Kesadaran Digital → Siswa harus memahami bahwa internet bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi salah satu alat yang perlu digunakan dengan bijak.
Menutup Layar, Menyadari Waktu yang Tak Bisa Kembali
Banyak orang tua merasa sedih dan khawatir melihat anak-anak mereka semakin bergantung pada gadget. Namun, di satu sisi, mereka juga menyadari bahwa diri mereka sendiri pun tak lepas dari pengaruh internet. Terkadang, orang tua yang ingin membatasi anaknya justru ikut sibuk meramaikan dunia maya—aktif di media sosial, terpaku pada layar, dan tanpa sadar memberikan contoh yang sama.
Entah sampai kapan kebiasaan ini akan berlanjut. Yang jelas, kesadaran harus datang dari dalam diri sendiri. Kita harus menyadari bahwa ada hal yang jauh lebih penting daripada sekadar berkutat di depan layar. Waktu yang hilang tidak bisa di-scroll kembali seperti layar ponsel. Apa yang terlewat, tidak bisa diputar ulang seperti video di internet.
Sebelum semuanya terlambat, mari belajar menyeimbangkan dunia digital dan dunia nyata. Bukan dengan menolak teknologi, tetapi dengan memanfaatkannya secara bijak—agar kita tetap bisa hidup dalam dunia nyata, bukan hanya sebagai penonton dalam layar digital.
Baca juga : Tips Efektif Menghadapi Anak Kecanduan Main HP
Posting Komentar untuk "Pengaruh Teknologi Digital terhadap Perkembangan Berpikir Siswa "